Minggu, 03 Juli 2016

12 Jam Tertimbun Longsor Purworejo, Kisah Riza Ini Bikin Haru


Kuis Online - Mungkin tak ada satupun warga dusun Caok desaKarangrejo dan desa Donorati di Purworejo sana yang menduga bahwa hujan lebat pada Sabtu (18/6) silam bakal berujung petaka. Mengira bahwa itu hanyalah hujan deras yang terjadi setiap tahun, faktanya hujan itu malah mengakibatkan bencana tanah longsor hingga menelan korban jiwa lebih dari 43 orang.

Kepedihan tentu dirasakan warga dusun Caok, tetapi dari banyaknya kisah sedih, ada sebuah kisah menggetarkan hati soal perjuangan yang dialami Riza Oktavi Nugraheni. Perempuan berusia 24 tahun itu berhasil bertahan selama 12 jam di dalam tanah longsor. Seperti apa kisah ibu dari putri berusia 1,6 tahun bernama Elnaya Yosalin Kiyla itu?

Baca Juga : Guru Cuma Cubit Murid ? Tidak Perlu Lapor Polisi

Semua bermula saat hujan deras mengguyur desa Donorati dan membuat pemadaman listrik. Hanya bisa berdiam diri di rumah, Riza yang menggendong putrinya Kiyla bersama sang ibu, Herlina. Lalu tiba-tiba bunyi gemuruh disertai gerakan tanah menimpa sebagian rumah tetangganya sekitar pukul 19.00 WIB. Riza dan Herlina spontak memeluk bayi Kiyla dan terhempas arus tanah hingga tertimbun longsor, seperti dilansir Merdeka.

Minggu (19/6) pagi, Tim SAR Gabungan dan warga desa Donorati melakukan pencarian dan berhasil mengangkat tubuh Riza. Tertimbun longsor selama 12 jam, ajaibnya Riza bertahan hidup. "Kata orang yang menemukan istri saya, kondisi dia tertimbun longsor dan sama sekali tak bisa bergerak. Dalam kondisi pingsan, separuh dari kakinya ada di permukaan tanah sehingga bisa dilihat. Yang menemukan bilang kalau kaki Riza bergerak-gerak," ungkap Yohanisa Gusti Darma, suami Riza.

Dari pemeriksaan dokter, perempuan yang bekerja sebagai guru TK itu terluka karena pechan kaca dan ranting hampir di sekujur tubuhnya. "Saya pikir waktu itu cuma hujan lebat seperti biasa. Selama ini belum pernah mendapatkan sosialisasi pemetaan bencana di lingkungan desa kami," ungkap Riza lemah.

Hanya saja keajaiban itu rupanya cuma dialami oleh Riza. Karena sang ibu, Herlina yang berusia 53 tahun dan putri kecilnya, Kiyla, ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Semoga tetap tabah untuk Riza dan pak Darma.

Info Ini Dipersembahkan Oleh : Judi Online - Agen Poker - Agen Casino - Slot Games - Casino Online - Poker Online Indonesia

Lebaran makin dekat, ormas preman marak minta jatah THR


Kuis Online - Hari Raya Idul Fitri 1437 Hijriyah tingal menghitung hari. Sejumlah organisasi masyarakat (Ormas) berbondong-bondong memburu Tunjangan Hari Raya (THR) kepada sejumlah pengusaha. Dalih mereka yakni meminta partisipasi para pengusaha untuk pengamanan pada saat hari Lebaran.

"Ada surat dari kelurahan minta partisipasi Lebaran, saya ngasih duit Rp 50 ribu," kata pegawai salah satu tempat usaha di wilayah Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi, Deni, pekan lalu.

Selain itu, kata dia, permintaan THR juga datang dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bekasi. Alasannya juga sama, meminta partisipasi pengamanan selama Lebaran di wilayah setempat.

"Orangnya juga belum ke sini, biasanya beberapa hari setelah ngasih surat permintaan partisipasi datang kembali," ungkap Deni.

Hal yang sama juga dilakukan ormas kepemudaan di wilayah setempat. Mereka dengan seragam identik loreng berwarna oranye itu tak tanggung-tanggung menyodorkan jumlah kebutuhan untuk melakukan pengamanan selama Lebaran.

"Di suratnya kebutuhan pengamanan selama Lebaran hingga puluhan juta rupiah. Mulai digunakan untuk konsumsi anggota sampai dengan upah," tandasnya.

Meski demikian, dia mengaku belum memberikan permintaan sejumlah uang sebagai partisipasi pengamanan Lebaran kepada ormas tersebut. Ironisnya cukup banyak yang meminta uang dengan dalih partisipasi pengamanan Lebaran.

"Heran saja, pengamanan kan tugasnya kepolisian. Ini kok sampai ormas juga yang melakukan pengamanan, kenapa enggak sekalian ikut perang saja," paparnya.

Info Ini Dipersembahkan Oleh : Judi Online - Agen Poker - Agen Casino - Slot Games - Casino Online - Poker Online Indonesia

Cerita dua brigadir berani hentikan mobil jenderal polisi


Kuis Online - Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) NTB Brigjen Umar Septono memanggil dua bintara yang berani menghentikan mobil dinasnya ketika melaju. Dua polisi itu saat apel berdiri di belakang sang jenderal.

Bintara itu merupakan anggota Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) Polsek Praya Barat Daya, Nusa Tenggara Barat (NTB), Brigadir Ketut Surya Ningrat dan Brigadir Indra Jaya Kusuma. Saat apel ternyata malah ini yang terjadi.

Baca Juga : Jelang Lebaran , Ormas Makin Marak Minta THR

Umar menanyakan kenapa berani kendaraannya, padahal saat itu dirinya memakai seragam dinas lengkap. Kedua polisi itu beralasan ingin menyeberangkan seorang nenek yang membawa kelapa.

"Karena saya bekerja untuk masyarakat. Saya diberikan tugas untuk melindungi dan mengayomi masyarakat, bukan melayani pimpinan," kata Ketut, disambut riuh tepuk tangan rekan-rekannya.

Video ini diunggah ke akun youtube pada 30 Juni lalu oleh Idho Rahaldi. Dia memberi judul 'video aksi dan jawaban nekat Bhabinkamtibmas hentikan mobil dinas Kapolda NTB'.

Mendengar jawaban dari anak buahnya, Umar ternyata sama sekali tidak marah.
Jawaban itu malah membuat Umar kagum. Ia pun segera menggerakkan tangan kirinya, yang masih memegang tongkat komando, mengangkat topi. Umar ingin menunjukkan penghormatan atas dedikasi dua anggotanya itu.

"Saya pun merinding," kata Umar. Umar lalu memuji keduanya di hadapan seluruh jajaran Polda NTB.

"Kenapa dia tidak takut, sebab dia mempertanggungjawabkan tugasnya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dia tahu, nasibnya tergantung kepada Tuhan, bukan kepada Kapolda," katanya.

"Ini tolong diimplementasikan ke semua lapisan pelayanan," tegasnya.

Info Ini Dipersembahkan Oleh : Judi Online - Agen Poker - Agen Casino - Slot Games - Casino Online - Poker Online Indonesia

Belasan diduga PSK terjaring razia jelang lebaran


Kuis Online - Tim gabungan Dinas Sosial bersama Satuan Polisi Pamong Praja Kota Makassar menggelar razia operasi penyakit masyarakat (pekat) di sejumlah lokasi, Minggu (3/7) dini hari. Dari operasi itu diamankan belasan wanita diduga pekerja seks komersial serta pasangan bukan suami istri.

Razia dilakukan di wisma dan kamar penginapan melati. Wanita yang terjaring diduga tengah menjajakan diri. Adapun pasangan lelaki dan pria turut digelandang karena kedapatan berduaan di kamar, namun tidak mampu memperlihatkan keterangan atau identitas sebagai pasangan sah.

Kepala Dinas Sosial Makassar Mukhtar Tahir mengatakan, razia digelar secara rutin selama bulan Ramadan. Pihaknya berupaya menjaga suasana bulan suci Ramadan agar masyarat bisa beribadah dengan tenang. Sekaligus mencegah menjamurnya penyakit masyarakat.

Baca Juga : 2 Brigadir Ini Berani Hentikan Mobil Kapolda Demi Seorang Nenek

"Kami sekaligus menindaklanjuti laporan dari masyarakat yang merasa resah," kata Mukhtar.

Tim gabungan juga gencar merazia tempat hiburan malam selama Ramadan. Diketahui, Pemkot Makassar melarangnya beroperasi hingga selepas hari raya Idul Fitri. Sejauh ini belum ada yang kedapatan bandel membuka usahanya.

Menurut Mukhtar, mereka yang terjaring sudah ada yang dipastikan sebagai PSK. Namun sebagian lagi masih perlu asesement. Mereka yang terbukti menjajakan diri akan didata dan dibina. Adapun wisma tempat mereka dirazia akan ditegur, dan terancam ditutup.

Mukhtar menjelaskan, PSK yang kedapatan oleh petugas seperti biasa akan ditempatkan di Pusat Pembinaan Mattirodeceng. Di sana, mereka diajarkan keterampilan selama enam bulan agar bisa mencari nafkah dengan benar, tanpa harus kembali menjajakan diri. Di antaranya membuat daur ulang berbagai produk rumah tangga, atau mengolah kuliner.

"Diharapkan dari sana mereka bisa menerapkan apa yang didapat, sehingga bisa mencari rezeki dengan benar," ujarnya.

Info Ini Dipersembahkan Oleh : Judi Online - Agen Poker - Agen Casino - Slot Games - Casino Online - Poker Online Indonesia

Kalau guru cuma mencubit tak perlu ke polisi


Kuis Online - Maraknya guru dipidanakan orangtua murid karena dianggap melakukan kekerasan terhadap anaknya harus segera ditangani. Jika tidak, fenomena ini bisa jadi preseden buruk bagi dunia pendidikan Indonesia.

Muhammad Samhudi, guru SMP Raden Rahmad, Kecamatan Balongbendo dilaporkan ke polisi lantaran mencubit muridnya. Sekarang Samhudi duduk di kursi pesakitan Pengadilan Negeri Sidoarjo lantaran dijerat kasus kekerasan terhadap anak di bawah umur.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) diminta membuat Komite yang ditugaskan untuk memediasi, menilai dan memutuskan tindak lanjut dari perselisihan antara guru, murid, dan orangtua murid sehingga tidak semua tindakan atau hukuman yang diberikan guru yang niat sebenarnya untuk melatih disiplin malah berujung ke penjara.

"Jika ada perselisihan, prosesnya bukan langsung ke polisi, tetapi murid atau orangtua mengadu ke komite khusus yang nanti menilai dan memutuskan apa tindakan guru terhadap murid masuk ke ranah pidana atau tidak, dan pihak yang berselisih harus menerima keputusan komite," ujar Wakil Ketua Komite III DPD Fahira Idris, Sabtu (2/7).

"Kalau cuma mencubit atau hukuman ringan lain saya rasa tidak perlu ke polisi. Tetapi kalau tindakan kekerasan, seperti pelecehan seksual memang harus dipidanakan," tambahnya.

Menurut Fahira, yang salah satu lingkup tugasnya pengawasan bidang pendidikan ini, komite khusus perselisihan guru dengan orangtua siswa ini terdiri dari berbagai unsur misalnya dari perwakilan guru, orangtua siswa, tokoh masyarakat, psikolog, dinas pendidikan setempat, perwakilan dari Kementerian, dan jika perlu, ada juga perwakilan dari murid, serta unsur-unsur lain sesuai kebutuhan. Idealnya komite ini ada di setiap kabupaten/kota.

Baca Juga : Belasan PSK Ditangkap Jelang Lebaran

"Agar penilaiannya bisa proporsional. Nantinya tim khusus ini memberikan rekomendasi penyelesaian perselisihan, apakah tindakan guru terhadap muridnya diteruskan ke polisi atau tidak. Jadi sifatnya rekomendasi, semua dikembalikan ke orang tua murid karena ini hak konstitusional setiap warga negara. Tetapi rekomendasi ini jadi catatan bagi polisi, jaksa, dan hakim dalam memproses kasus perselisihan ini," ungkap Fahira.

Fahira mengungkapkan, maraknya kasus pemidanaan terhadap guru menunjukkan belum terjalinnya komunikasi yang intensif antara orang tua dan pihak sekolah. Kejadian ini juga harus menjadi momentum untuk saling introspeksi diri agar proses belajar terutama interaksi antara guru, murid, dan orang tua murid ke depan lebih baik dan saling memahami.

"Orangtua harus paham, tugas guru bukan hanya membuat anak didiknya jadi pandai, tetapi juga membentuk karakter anak. Di sisi lain, sekolah dan guru juga perlu memikirkan tindakan disiplin non fisik sebagai alternatif yang membuat si anak tidak berani lagi melakukan tindakan yang melanggar disiplin dan aturan sekolah," tandasnya.

Info Ini Dipersembahkan Oleh : Judi Online - Agen Poker - Agen Casino - Slot Games - Casino Online - Poker Online Indonesia